Rabu, 02 November 2011

Implemenatasi Praktek Teknologi Pendidikan





CONTOH IMPLEMENTASI PRAKTEK TEKNOLOGI PENDIDIKAN
DI LINGKUNGAN SEKOLAH

Mata pelajaran eksakta maupun noneksakta memiliki keunggulan dan tingkat kesulitan yang berbeda pada tiap masing-masing mata pelajaran. Sebut saja matematika, fisika, kimia ataupun ekonomi. Peserta didik cenderung takut ( khawatir nilai jeblok), baik dalam proses pembelajaran apalagi pada saat ujian.
Dengan paradigma demikian, untuk memudahkan peserta didik dalam menerima dan memahami pembelajaran, mata pelajaran tersebut, maka diterapkannya, “Jembatan Keledai”, sebuah singkatan dalam bentuk akronim untuk memudahkan peserta didik dalam menghafal rumus, konsep, hukum dll.
Contoh pada mata pelajaran kimia, untuk memudahkan peserta dalam menghafal unsur atom pada Sistem Periodik Unsur (SPU), salah satunya menggunakan jembatan keledai; Bebek Mangan Cacing Seru Banget Rasanya, Artinya:
            Be        : Berilium
            Mg       : Magnesium
            Ca        : Calsium
            Sr         : Stronsium
            Ba        : Barium
            Ra        : Radium
Kemudian pada mata pelajaran ekonomi, untuk memudahkan peserta didik menghafal rumus menghitung pendapatan nasional melalui pendekatan konsumsi, maka diterapkan jembatan keledai; Cinta Itu Gila, Xtrim dan Menjengkelkan, Artinya:
Consume         : Konsumsi masyarakat
Invest              : Investasi
PN: C+G+I+(X-M)
 
Goverment      : Konsumsi/ pengeluaran Pemerintah
eXport             : Ekspor
iMport             : Impor
Terapan teknologi pendidikan berdasarkan contoh diatas menggunakan perangkat software; sistem berfikir, yaitu upaya mengantisipasi tetjadinya perubahan yang tidak diinginkan, sehingga dengan terapan sistem berfikir mampu mengadakan peningkatan riil dibidang pendidikan. Jadi sistem berfikir menghadirkan konsep sistem yang umum, dimana berbagai hal saling terkait.

Konsep Manajemen Lembaga Pendidikan




Contoh Konsep Menejemen Lembaga Pendidikan

Konsep menejemen lembaga pendidikan dilakukan dal empat tahap, yaitu POAC (Planning, organizing, actuating and controlling).
Planning
Abad milinium sekarang ini, yang menjadi perhatian serius adalah sebuah realita bahwa nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat semakin terkikis eksistensinya. Hal ini terjadi karena generasi muda sebagai penerus bangsa dalam konteks siswa sudah tidak lagi mendapatkan pendidikan karakter dalam dunia pendidikan, misal pengajaran tentang akhlak, tata karma, sopan santun dan budaya. Karena dalam pendidikan sekarang yang ada adalah hanya berorientasi pada nilai rapor (hasil daripada proses) dan kurang mengedepankan keterampilan hidup bersosial (nilai-nilai iman dan moral). Sehingga moralitas bangsa, salah satunya  nilai-nilai kesopanan dan kesantunan di dalam dirinya, berangsur-angsur pudar. Keidentikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang ramah perlahan terkikis bersamaan tergerusnya nilai-nilai moral lain.
Maka, untuk menjawab permasalahan tersebut sebagai sebuah kebutuhan adalah pendidikan yang ada harus mengedepankan nilai-nilai moral sebagai upaya pembangunan karakter siswa yang pandai juga baik dalam arti luas. Pendidikan tidak hanya menghasilkan orang pandai tetapi tidak baik, begitu juga sebaliknya. Pendidikan tidak cukup hanya untuk membuat anak pandai, tetapi juga harus mampu menciptakan nilai-nilai luhur atau karakter.
Organizing
            Visinya adalah Mencetak generasi juara yang kompetitif, deduktif dan berakhlak mulia. Generasi juara tersebut dimaksudkan pada tatanan mean set yaitu terciptanya generasi yang tannguh, pantang menyerah, berani mencoba, optimis, sportif, jujur, dan tak kenal putus asa yang memiliki jiwa kompetitif (daya saing yang berkualitas) deduktif (dedikasi, kesetiaan) dan beakhlak mulia (bermoral, beradab dan berbudaya).
Misinya adalah menyelenggarakan konsep pendidikan berdasarkan undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003, yang berbunyi pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Hal ini telah selaras (balance) antara menekankan kecakapan keilmuan umum dan nilai-nilai kesusilaan.
Actuating
Pelaksanaan system pembelajaran harus dijalankan sesuai dengan visi dan misi yang ada, yaitu menyeimbangkan materi pelajaran umum dan materi pelajaran pendidikan agama, nilai, pancasila dan budaya masyarakat. Yaitu masing-masing 2 (dua) jam pertemuan dalam satu minggu. Ditambah pada hari tertentu (jumat misalkan) pagi harinya dilaksanakan ceramah keagamaaan.
Controlling
Penilaian mencakup input, proses dan produk (CIPP), penilaian input memfokuskan pada kemampuan sistem dan strategi pencapaian tujuan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program.
Jika input yang telah menjalani proses kemudian menghasilkan produk yang sesuai dengan visi dan misi yang telah dicanangkan maka konsep tersebut tetap dan terus dikembangkan. Namun jika tidak sesuai dengan visi dan misi yang telah dicanangkan maka konsep tersebut harus ditinjau ulang dan proses pembelajan harus ditingkatkan dengan melihat kualitas sarana dan prasarana baik fisik (Gedung, peralatan dll) mupun non fisik (kualitas sumber daya guru).


           



Praktek Sistem Pendidikan di Indonesia






HOMESCHOOLING:
SEBUAH PENDIDIKAN ALTERNATIF

Menggunakan analisi ADDIE
Analysis
Ketidakpuasan orang tua terhadap sekolah formal yang kerapkali berorientasi pada nilai rapor (hasil daripada proses) dan kurang mengedepankan keterampilan hidup bersosial (nilai-nilai iman dan moral). Serta, perhatian secara personal pada anak kurang diperhatikan. Ditambah lagi, identitas anak distigmatisasi dan ditentukan oleh teman-temannya yang lebih pintar, lebih unggul atau lebih “cerdas”. Hal ini  memicu orangtua memilih mendidik anak-anaknya di rumah (Homeschooling). Homeschooling menjadi tempat harapan orang tua untuk meningkatkan mutu pendidikan anak-anak, mengembangkan nilai-nilai iman/ agama dan moral serta mendapatkan suasana belajar yang menyenangkan.
Design
Sistem pembelajran pada homeschooling disesuaikan dengan kebutuhan anak dan kondisi keluarga, jadwal belajar fleksibel tergantung pada kesepakatan antara anak dan orang tua. Serta pengelolaan pada homeschooling termasuk Kurikulum dan materi ajar terdesentralisasi pada keinginan keluarga (orang tua).
Development
Fasilitas itu antara lain fasilitas pendidikan (perpustakaan, museum, lembaga penelitian), fasilitas umum (taman, stasiun, jalan raya), fasilitas sosial (taman, panti asuhan, rumah sakit), fasilitas bisnis (mall, pameran, restoran, pabrik, sawah, perkebunan), dan fasilitas teknologi dan informasi (internet dan audiovisual).
Implementation
Pada Homeschooling Peran dan komitmen orangtua sangat dituntut. dalam menyediakan banyak waktu dan tenaga.


Evaluation
Orangtua secara pribadi melaksanakan ujian bagi anak-anaknya yang diakui memiliki sertifikat sederajat dengan sekolah formal agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. 

Praktek penggunaan media pembelajaran





Penggunaan Media Tiga Dimensi pada Sekolah Dasar

Menggunakan analisis ASSURE
Analysis Learning
Berdasarkan teori perkembangan kognitif menurut Jean Peaget (Hurlock: 2001), bahwa usia SD (6-12 tahun) masi dalam tahapan pra operasiona, dimana dala pertumbuhan dan perkembangannya anak masih membutuhkan pengkonkretan dalam penerimaan pemahaman materi pelajaran. Sehingga penggunaan media tiga dimensi sangantlah penting diterapkan pada kegiatan belajar mengajar untuk pendidikan sekolah dasar.
State objectives
Tujuan pada penggunaan media tiga dimensi bagi pendidikan usia sekolah dasar adala untuk meletakkan kemampuan berfikir konkrit, mengurangi verbalisme, memberikan pengalaman nyata, membantu tumbuhnya pengertian dan perkembangan kemampuan berbahasa.
Select method, media, and materials
Contoh, pada pelajaran IPA kelas 3 SD, pada materi pengenalan macam-macam akar pada tumbuhan yang meliputi akar tunggang dan serabut, maka media yang tepat adalah membaca wujud nyata dari akar tersebut atau miniaturnya dalam bentuk nyata tidak berupa gambar apalagi bayangan (verbal).
Utilite media and materials
Menampilkan wujud nyata dari media yang dijelaskan, miskipun dalam bentuuk miniatur, dan siswa diperkenankan untuk mengamati dengan seksama, sehingga siswa mampu mendeskripsikan dari media tersebut sesuai dengan penalarannya, lalu guru menyempurnakan deskripsi yang diutarakan oleh siswa.
Require learners participant
Dunia pendidikan sudah menyadari bahwa partisipasi aktif dalam proses belajar akan menambah kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran, maka harus mementingkan pengorganisasian kembali kurikulum dan pengajaran untuk membuat partisipasi siswa melalui; diskusi, kuis pendek, dan penerapan latihan.

Evaluate and revisi
Evaluasi langsung dibuat sebelumnya,selam dan setelah pelajaran. Evaluasi tidak hanya diujung pelajaran. Evaluasi merupakan nilai awal dari siklus berlanjut dlam sistem efektifnya media belajar.
Oval: Sebelum menggunakan media
Oval: Penggunaan media
 


 
Oval: Setelah menggunakan media 


Dengan evaluasi tersebut menunjukkan perbedaan atau perubahan; sikap dan pengetahuan siswa pada kegiatan belajar mengajar menerima materi pelajaran.