Minggu, 08 April 2012

Teori Belajar Clark L Hull

A.Riwayat Clark L Hull
            Leonard Clark Hull dilahirkan di Akron, New York pada 24 Mei 1884. Ia dibesarkan di  Michigan, dan mendiami satu kelas selama bertahun-tahun. Hull mempunyai masalah kesehatan di mata. Orang tuanya miskin, dan Hull pernah menderita polio. Pendidikan yang ditempuhnya beberapa kali terputus karena sakit dan masalah keuangan. Tetapi setelah lulus, dia memenuhi syarat sebagai guru dan menghabiskan banyak waktunya untuk mengajar di sekolah negeri yang kecil di Sickle, Michigan. Setelah memperoleh bachelor dan gelar master di Universitas Michigan, ia beralih ke psikologi, dan menerima Ph.D. psikologi di tahun 1918 dari University of Wisconsin, dimana dia tinggal selama sepuluh tahun sebagai instruktur. Penelitian doktornya pada "Aspek kuantitatif dari Evolution of Concepts" telah diterbitkan dalam Psychological Monographs. Selama waktu itu, Hull mempelajari efek dari merokok tembakau pada kinerja, yang kemudian dibahasnya pada beberapa literatur yang disertai dengan pengujian, selanjutnya mulai penelitian tentang saran dan hipnose. Pada 1929, Clark Hull melanjutkan penelitiannya di Yale University dan mulai serius terhadap perkembangan teori perilakunya. Sampai akhir karirnya, Hull dan mahasiswa didominasi behavioristik psikologi. Clark Hull meninggal pada 10 Mei 1952, di New Haven, Connecticut.
Hull adalah seorang tokoh teori belajar behavioristik. Hull tertarik dengan teori belajar yang membuat dia menghasilkan beberapa buku yang berhubungan dengan teori belajar, antara lain Mathematico_Deductive Theory of Role Learning yang ditulis bersama-sama dengan Hovland, Perkins, dan Fitch. Hull juga menulis Principles of Behavior dan Essentials of Behavior. Buku terakhir yang ditulisnya adalah A Behavior System. Selain menulis buku Hull juga menulis sejumlah artikel bagi majalah-majalah profesional.

B. Konsep dan Teori
              Clark L. Hull mendasarkan teori belajarnya pada tingkah laku yang diselidiki dengan hubungan perkuatan S-R. Metode yang digunakan merupakan metode matematika, deduktif, dan dapat dites atau diuji. Teori dari Hull sebenarnya tidak jauh beda dengan teori belajar lainnya. Beberapa persamaan teori belajar Hull dengan teori belajar sebelumnya adalah sebagai berikut:
1.Berdasarkan asosiasi S-R
2.Berdasarkan cara melangsungkan hidup.
3.Berdasarkan kebutuhan biologis dan pemenuhannya.
4.Orientasinya kepada teori Pavlov.
 
C. Postulat yang Diajukan Oleh Hull
                Stimulus yang dapat menimbulkan respon adalah stimulus yang mengenai saraf sensoris atau reseptor kemudian menimbulkan impuls yang masuk afferent, yaitu saraf gerak dan dapat mengaktifkan otot-otot maskuler.
S dengan huruf besar merupakan stimulus dan obyeknya. S dengan huruf kecil merupakan stimulus dalam organisme, stimulus yang sudah berupa impuls. Impuls merupakan perangsang atau stimulus yang sudah ada dan bekerja dalam saraf. Dalam teori kali ini yang akan kita pakai s dengan huruf besar.
Hull membedakan tendensi untuk timbulnya R dan r. R untuk respon yang nampak, faktual, dan r adalah predisposisi respon yang masih dalam aktivitas saraf. r merupakan respon yang masih ada didalam organisme, jadi tidak nampak, tapi mempengaruhi tingkah laku. Hull mengganti S-R menjadi SHR, dimana H merupakan habit.
Hull membedakan antara learning dengan performance. Tindakan dipengaruhi oleh banyak hal, tetapi belajar hanya dipengaruhi oleh faktor jumlah waktu, respon khusus terjadi karena kontinu dengan perkuatan. Menurut Hull tingkah laku bersumber pada kebutuhan yang merupakan tuntutan hidup. 
 Hull mengajukan postulat-postulat tersebut dengan maksud ingin mempelajari terbentuknya tingkah laku secara sistematis dan matematis. Dari enam belas postulat yang menjadi inti adalah postulat nomor empat, yakni mengenai hadiah dan kekuatan kebiasaan. Jika suatu kegiatan efektor (r - R) dan kegiatan reseptor (S-s) terjadi secara kontigu waktu dan hal ini secara tepat berhubungan dengan pengurangan kebutuhan (G) atau dengan suatu stimulus yang telah secara tetap berhubungan dengan kebutuhan, hasilnya akan tetap meningkatkan kepada suatu kecenderungan bagi impuls afferent untuk menimbulkan reaksi. 
 
D.Beberapa Hal Mengenai Teori Belajar Hull.
                  Dasar dari teori belajar Hull adalah teori belajar behavioristik. Sebelum kita memahami lebih jauh mengenai teori belajar Hull ada baiknya kita juga mengetahui sedikit penjelasan mengenai teori belajar behavioristik. Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984: 252). Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi atau dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Clark Hull menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun Hull juga terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull semua fungsi tingkah laku bermanfaat, terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991). Prinsip-prinsip utama teori dari Hull sendiri adalah :
1.Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun fungsi reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied factor.
2.Dalam mempelajari hubungan S-R yang diperlu dikaji adalah peranan dari intervening variable atau yang juga dikenal sebagai unsure O (organisme). Faktor O adalah kondisi internal dan sesuatu yang disimpulkan (inferred), efeknya dapat dilihat pada faktor R yang berupa output. Karena pandangan ini Hull dikritik karena bukan behaviorisme sejati.
3.Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi. Di sini tampak pengaruh teori Darwin yang mementingkan adaptasi biologis organisme.
C.Hypothetico-deductive theory
Teori belajar ini dikembangkan Hull dengan menggunakan metode deduktif. Hull percaya bahwa pengembangan ilmu psikologi harus didasarkan pada teori dan tidak semata-mata berdasarkan fenomena individual atau secara induktif. Teori ini terdiri dari beberapa postulat yang menjelaskan pemikirannya tentang aktivitas otak, reinforcement, habit, reaksi potensial, dan lain sebagainya (Lundin, 1991, pp.193-195).
Sumbangan utama Hull adalah pada ketajaman teorinya yang detil, ditunjang dengan hasil-hasil eksperimen yang cermat dan ekstensif. Akibatnya ide Hull banyak dirujuk oleh para ahli behavioristik lainnya dan dikembangkan. Namun walaupun demikian Hull juga mendapatkan banyak kritikan yang diberikan padanya, diantaranya sebagai berikut:
1.Teorinya dianggap terlalu kompleks dan sulit dimengerti. Dalam setiap penelitiannya Hull selalu mengembangkan sistem yang rumit dan sangat bergantung kepada matematika elaborasi.
2.Idenya tentang proses internal dianggap abstrak dan sulit dibuktikan melalui eksperimen empiris
3.Partikularistic, usaha untuk menggeneralisasi hasil eksperimen secara berlebihan.

Pada dasarnya, teori belajar Hull berpusat pada perlunya memperkuat suatu pengetahuan yang sudah ada. Perilaku individu yang dilihat dalam konteks homeostatic model selalu mencari keseimbangan dari "drive memaksa." Inti tingkat analisis psikologis adalah gagasan mengenai "variabel intervensi," yang dijelaskan sebagai "unobservable perilaku." Dengan demikian, dari perspektif yang murni perilaku Clark Hull dikembangkan John B. Watson 's yaitu rangsangan-respon (S-R) ke stimulus-organisme-respons (S-O -R), atau variabel campuran. Dari teori Clark Hull yang sistematis, dihasilkan banyak sekali penelitian.

E.Matematiko_Deduktif Hull
          Teori belajar ini merupakan satu perlakuan sistematis dari belajar berdasarkan teori pengkondisian klasik dan dinyatakan dalam bentuk postulat-postulat deduktif dan akibat-akibatnya yang bersifat wajar. Hukum asasi dari perolehan kemahiran beranggapan bahwa kekuatan kebiasaan itu dibangun secara beransur-angsur dalam bentuk tambahan atau kenaikan-kenaikan kebiasaan, lewat penguatan yang berdekatan dari unit-unit S-R atau stimulus-respon.
Kekuatan kebiasaaan itu bisa dibuat peka kedalam bentuk daya guna atau prestasi oleh dorongan-dorongan (drives). Apabila tidak terdapat unsur dorongan, prestasi akan menurun sampai angka nol. Bila tidak ada kekuatan kebiasaan, prestasi juga akan menurun sampai titik nol karena dorongan dan kekuatan kebiasaaan itu saling berhubugnan dalan satu fungsi yang multiplikatif (fungsi perkalian). Oleh karena semua teori-teori yang berdasarkan prinsip-prinsip pengkondisian ternyata benar, maka Hull menggunakan teori pemunahan dan penghambatan, agar bisa menerangkan dan menghitung masalah penyusutan reaksi. Pemunahan jelas disebabkan oleh pengulangan tanpa upaya penguatan pada reaksi-rekasi. Perangsang yang berasosiasi dekat dengan satu reaksi yang mengalami proses pemunahan atau pemadaman, akan mampu menghambat munculnya reaksi tersebut. Peristiwa lupa akan material verbal atau hal-hal lisan, diduga merupakan satu kemunduran atau kerusakan fungsi sepanjang perjalanan waktu.
Untuk mengukur jalannya proses belajar, Hull mengemukakan beberapa kemungkinan diantaranya:
1.Latensi (keterpendaman, tersembunyi, belum kelihatan) reaksi, atau kecepatan dengan mana satu reaksi muncul mengikuti penyajian perangsangnya.
2.Kemungkinan reaksi.
3.Jumlah ulangan-ulangan yang diperlukan untuk bisa mengakibatkan pemunahan.

Dalam statemen awal teori Hull ditekankan masalah dorongan dan penguatan primer. Dalan revisi teorinya lebih lanjut dia memberikan lebih banyak penekanan pada reduksi atau pengurangan perangsang dorongan dan penguatan sekunder. Teorinya juga diperluas untuk menerangkan belajar secara diskriminatif (mampu membedakan) dan tingkah laku memecahkan masalah.
Dari semua teori-teori pengkondisian, teori Hull terbukti merupakan salah satu teori yang paling provokatif dengan riset-risetnya, khususnya dalam penyelidikan mengenai peranan penguatan didalam penegakan reaksi-reaksi bersyarat atau reaksi terkondisikan. Hull juga diakui sebagai salah seorang ahli teori paling awal yang berusaha merumuskan teori belajar secara kuantitatif sekali. 

Langkah- langkah Menyusun Program Pelatihan


Langkah- Langkah Menyusun Program Pelatihan

            Menurut William B. Werther dan Keith Davis dalam bukunya “Human Resources and Personnel Management” (1996:287) mengatakan bahwa langkah- langkah dalam menyusun  program pelatihan adalah melalui langkah berikut;
            Pertama, Need Assessment (Identifikasi Kebutuhan). Untuk memutuskan pendekatan atau yang akan dijalankan, lembaga pelatihan perlu mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan pelatihan. Penilaian kebutuhan menganalisa masalah-masalah dan tantangan serta kebutuhan lingkungan yang dihadapi. Selain pendekatan sumber daya manusia dalam mengidentifikasikan suatu tugas, pelatih memulai dengan mengevaluasi gambaran suatu program pelatihan yang akan dijalankan.
Kedua, Training and Development Program (Sasaran-sasaran Pelatihan dan Pengembangan). Setelah evaluasi kebutuhan-kebutuhan pelatihan dilakukan, maka sasaran dinyatakan dan ditetapkan. Sasaran ini mencerminkan perilaku dan kondisi yang diinginkan dan berfungsi sebagai standar-standar dimana prestasi kerja individual dan efektivitas program pelatihan dapat diukur. Pada tahap ini, kriteria evaluasi sebaiknya juga ditetapkan untuk memudahkan program evaluasi pelaksanaan program pelatihan.
Ketiga adalah menyusun Program Content (Isi Program). Isi program ditentukan oleh identifikasi kebutuhan-kebutuhan dan sasaran-sasaran pelatihan. Apapun isinya, program pelatihan hendaknya memenuhi kebutuhan-kebutuhan lembaga pelatihan dan peserta. Pada peserta juga perlu meninjau isi program, apakah relevan dengan kebutuhan atau motivasinya untuk mengikuti pelatihan tersebut rendah atau tinggi. Agar isi program pelatihan efektif, prinsip-prinsip belajar harus diperhatikan.
Keempat adalah mendesain Learning Principle (Prinsip-prinsip Belajar). Ada beberapa prinsip belajar yang bisa digunakan sebagai pedoman tentang cara-cara belajar yang paling efektif bagi peserta pelatihan. Prinsip-prinsip ini adalah bahwa program pelatihan bersifat partisipatif, relevan, pengulangan dan memberikan umpan balik mengenai kemajuan para peserta pelatihan. Semakin terpenuhinya prinsip-prinsip tersebut, pelatihan akan semakin efektif. Disamping itu, perancang program pelatihan perlu juga menyadari perbedaan individual, karena pada hakekatnya para peserta mempunyai kemampuan, sifat dan sebagainya yang berbeda satu sama lainnya.
Kelima adalah Evaluation (Evaluasi). Setelah program pelatihan dilaksanakan, maka program ini perlu dievaluasi untuk mengetahui sampai sejauh mana tujuannya telah dicapai. Untuk itu manajemen harus mengevaluasi kegiatan program pelatihan secara sistematis dengan tolak ukur yang mencakup reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil.


Kamis, 05 April 2012

Supervisi Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pada era globalisasi dewasa ini tantangan yang berat bagi dunia pendidikan di Indonesia adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, unggul dan berdaya saing di tingkat regional maupun global. Pemerintahpun telah berupaya untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu bagi anak bangsa mulai dari perintisan sekolah bertaraf Internasional, program wajib belajar sampai pada peningkatan anggaran pendidikan hingga 20% untuk menunjang sarana prasarana pendidikan yang layak. Namun, kenyataan pendidikan berkualitas itu masih seperti fatamorgana.
Harus disadari sepenuhnya bahwa dalam upaya peningkatan mutu pendidikan peran guru sepenuhnya tidak akan tergantikan oleh media atau metode apapun, karena guru merupakan faktor penting dan strategis sebagai pelaksana terdepan dalam proses pendidikan yang berhadapan langsung dengan siswa, oleh karena itu keberhasilan mutu pendidikan sebagian besar ditentukan oleh sikap profesionalisme guru. Salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah melalui supervisi pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan atau pengawas sekolah.
Istilah supervisi baru muncul kurang lebih tiga dasawarsa terakhir ini (Suharsimi Arikunto, 2004: 34). Kegiatan serupa sejak dahulu semestinya sudah banyak dilakukan seperti; Inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilikan. Dalam konteks sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan formal, supervisi merupaka bagian dari proses administrasi dan manajemen. Kegiaan supervisi melengkapi fungsi-fungsi administrasi yang ada di sekolah sebagai fungsi terakhir, yaitu proses evaluasi berupa penilaian terhadap semua kegiatan dalam mencapai tujuan. Dengan adanya kegiatan supervisi dalam manajemen organisasi, akan memberikan inspirasi untuk bersama-sama menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dengan jumlah lebih banyak, waktu lebih cepat, cara lebih mudah, dan hasil yang lebih baik daripada jika dikerjakan sendiri.
Supervisi mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program. Supervisi bersangkut paut dengan semua upaya proses evaluasi berupa penelitian yang tertuju pada semua aspek yang merupakan faktor penentu keberhasilan. Dengan mengetahui kondisi aspek-aspek tersebut secara rinci dan akurat, sehingga diharapkan dapat mengetahui dengan tepat apa yang menjadi hambatan dan solusi apa harus ditempuh untuk meningkatkan kualitas organisasi yang bersangkutan, dalam hal ini lembaga pendidikan formal (baca: sekolah).

Rumusan Masalah
            Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat ditarik suatu permasalan yaitu;
1.      Apa pengertian supervisi pendidikan?
2.      Apa tujuan dan sasaran supervisi pendidikan?
3.      Apa prinsip-prinsip supervisi pendidikan?
4.      Apa fungsi supervisi pendidikan?
5.      Bagaimana mekanisme pelaksanaan supervisi pendidikan?
6.      Apa perangkat supervisi pendidikan?















BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Supervisi Pendidikan
    Secara morfologis Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super dan vision. Super berarti diatas dan vision berarti melihat. Supervisi masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan, pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan atau pimpinan terhadap hal-hal yang ada dibawahnya. 
   Secara istilah, menurut God Carter (dalam Tikky Suwantikno http://tikky-suwantikno.blogspot.com, 2008), supervisi adalah usaha dari manajer sekolah (kepala sekolah) dalam memimpin guru-guru dan petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, dan metode mengajar dan evaluasi pengajaran.
   Menurut Willem Mantja (dalam Tikky Suwantikno http://tikky-suwantikno.blogspot.com, 2008) mengatakan bahwa, supervisi diartikan sebagai kegiatan supervisor (jabatan resmi) yang dilakukan untuk perbaikan proses belajar mengajar, melalui perbaikan kualitas guru dan murid.
Purwanto (1987:110), berpendapat bahwa supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif.
Dari uraian devinisi para pakar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa supervisi pendidikan adalah usaha yang dilakukan oleh manajer pendidikan (kepala sekolah dan atau pengawas sekolah) dalam pembinaan terhadap guru dan tenaga kependidikan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan formal (baca: sekolah).

Tujuan dan Sasaran Supervisi Pendidikan
Glickman (dalam Tikky Suwantikno http://tikky-suwantikno.blogspot.com, 2008), memandang bahwa tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran.
Sedangkan tujuan umum Supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar mengajar.
Secara operasional dapat dikemukakan beberapa tujuan konkrit dari supervisi pendidikan yaitu meningkatkan mutu kinerja guru, meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik, meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa dan meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan serta meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Sasaran utama dari pelaksanaan kegiatan supervisi tersebut adalah  peningkatan kemampuan profesionalisme guru.
Tikky Suwantikno (dalam http://tikky-suwantikno.blogspot.com, 2008) menjelaskan bahwa sasaran supervisi pendidikan ditinjau berdasarkan obyeknya terbagi dalam tiga hal;
1. Supervisi Akademik
Menitikberatkan pengamatan supervisor pada masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang berlangsung dalam lingkungan kegiatan pembelajaran di sekolah.
2. Supervisi Administrasi
Menitikberatkan pengamatan supervisor pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan penunjang terlaksananya pembelajaran.
3. Supervisi Lembaga
Menyebarkan objek pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang berada di sekolah. Supervisi ini dimaksudkan untuk meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan. Misalnya: laboratorium, perpustakaan, prestasi kokurikuler dan sejenisnya.

Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan
Tahalele dan Indrafachrudi (dalam Pauzi, Supi. http://applikasi. wordpress. com, 2008) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip supervisi sebagai berikut; (a) supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif, (b) supervisi harus kreatif dan konstruktif, (c) supervisi harus scientific dan efektif, (d) supervisi harus dapat memberi perasaan aman pada guru-guru, (e) supervisi harus berdasarkan kenyataan, (f) supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru-guru untuk mengadakan self evaluation.
Karena prinsip-prinsip supervisi merupakan suatu kaidah yang harus dijadikan landasan dalam melakukan supervisi, maka supervisor (kepala sekolah dan atau pengawas sekolah) harus memperhatikan secara sungguh-sungguh dalam pelaksanaan supervisi.

Fungsi Supervisi Pendidikan
1.      Meningkatkan mutu pembelajaran pada aspek akademik, khususnya yang terjadi di ruang kelas ketika guru sedang memberikan bantuan dan arahan kepada siswa.
2.      Memicu unsur yang terkait dengan pembelajaran, yaitu lebih dikenal dengan nama supervisi administrasi.
3.      Fungsi Membina dan Memimpin.

Mekanisme Pelaksanaan Supervisi Pendidikan
            Supi Pauzi (dalam http://applikasi.wordpress.com, 2008) menjelaskan mekanisme pelaksanaan supervisi pendidikan diantaranya;
1.    Observasi kelas
Observasi kelas merupakan salah satu cara paling baik memberikan supervisi pembelajaran, karena dapat melihat kegiatan guru, murid dan masalah yang timbul.
2.    Saling mengunjungi
Dalam kegiatan belajar mengajar sudah ada wadah dari kegiatan untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan pembelajaran guru-guru.
3.    Demonstrasi mengajar
Dalam kegiatan pembelajaran sangat sukar menentukan mana yang benar dalam praktek mengajar karena mengajar menurut Siswoyo (dalam Pauzi, Supi. http://applikasi. wordpress. com, 2008) sebagai seni dan filusuf. Menurut pendapat diatas mengajar dalam pekerjaan disekolah bukan pekerjaan yang mudah, sehingga kepala sekolah dalam demonstrasi pembelajaran tidak perlu mengakui kelemahan dan perlu mencarikan ahli yang dapat memberikan gambaran tentang pembelajaran yang baik.
4.    Supervisi klinis
Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Perbedaannya dengan supervisi yang lain adalah prosedur pelaksanaannya ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran dan kemudian langsung diusahkan perbaikan kekurangan dan kelemahan tersebut.
5.    Kaji tindak
Fokos utama kaji tindak adalah mendorong para praktisi untuk meneliti dan terlibat dalam praktik penelitiannya sendiri. Hasil penelitiannya dipakai sendiri oleh peneliti dan orang lain yang membutuhkan

Perangkat Supervisi Pendidikan
                 Salah satu perangkat yang digunakan dalam melaksanakan supervisi adalah instrument observasi pembelajaran/ check list terutama untuk supervisi kelas dan supervisi klinis. Dengan demikian diharapkan indikator yang diamati pada setiap unsur dapat terpenuhi, antara lain; relevansi materi dengan tujuan instruksional, penguasaan materi, strategi, metode, manajemen kelas, pemberian motivasi kepada siswa, penggunaan bahasa dan gaya serta sikap perilaku.






BAB III
PENUTUP

Simpulan dan Saran
                 Dalam konteks sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan formal, supervisi merupaka bagian dari proses administrasi dan manajemen. Kegiatan supervisi melengkapi fungsi-fungsi administrasi yang ada di sekolah sebagai fungsi terakhir, yaitu penilaian terhadap semua kegiatan dalam mencapai tujuan. Dengan dilakukannya supervisi, akan memberikan inspirasi untuk bersama-sama menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dengan jumlah lebih banyak, waktu lebih cepat, cara lebih mudah, dan hasil yang lebih baik daripada jika dikerjakan secara individu.
                 Supervisi mempunyai peran penting dalam mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program. Supervisi bersangkut paut dengan semua upaya penelitian yang tertuju pada semua aspek yang merupakan faktor penentu keberhasilan. Dengan mengetahui kondisi aspek-aspek tersebut secara rinci dan akurat, dapat diketahui dengan tepat pula apa yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas organisasi yang bersangkutan.
                 Diharapkan dengan berjalannya kegiatan supervisi yang merupakan bagian dari proses manajemen, mampu mendorong tercapainya pendidikan yang berkualitas terutama dalam meningkatkan profesionalisme guru. Serta kepala sekolah dan atau pengawas sekolah dalam menjalankan peran sebagai supervisor pendidikan harus memahami prinsip, fungsi, mekanisme, dan perangkat supervisi. Sehingga tujuan atau program sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat tercapai dengan maksimal.







DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsini. 2004. Dasar-dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta
Pauzi, Supi. 2008. Arti Supervisi Pendidikan. Dalam http://applikasi. wordpress. com. Diakses pada 17 Maret 2012
Purwanto. 1987. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remadja Karya
Suwantikno Sutjiaputra, Tikky. 2008. Supervisi Pendidikan. Dalam http://tikky-suwantikno.blogspot.com. Diakses pada 17 Maret 2012